Senin, 10 Juli 2017

Let me tell you; the real meaning of Sunnah Rasulullah




Dari awal hijrah gue, hal yang bikin gue makin kebingungan saat awal-awal gue hijrah adalah masalah fiqh. Inilah sunnah itulah sunnah beginilah begitulah, hal inilah hal itulah. Bukan tauhidnya yang dinomor satukan tapi yang katanya harus ini harus itu, makan tiga jarilah dan lain-lain. Kelompok ini bilang gini, kelompok itu bilang gitu. Oke, gue sama sekali nggak menyalahkan karena hadits-hadits tentang yang sering kita sebut sunnah itu benar adanya. But, we have to know the real situation kenapa hadits itu bisa muncul?

Dulu...kejadiannya kenapa waktu itu Rasulullah menyuruh untuk memanjangkan jenggot adalah untuk membedakan mana kaum muslimin dan bukan saat perang, biar gak salah sasaran, bos. Strateginya oke juga. Dulu...pake celana diatas mata kaki itu, kejadiannya karena pada masa itu orang-orang menyombongkan sutera yang dipakai sampe kelantai-lantai. Hmm, lah sekarang apa bedanya sama celana-celana dedek gemes yang mengkrucut di atas mata kaki? Niatnya? Buat gaya? Biar keliatan ganteng?

And the fact is... hal-hal seperti itu adalah sunnah fiqh, hukum fiqh yang kita tau fiqh itu gak bisa disamaratakan dengan seluruh zaman. Fiqh itu ada ijtihad, ijtihad yang muncul sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Siapapun yang melakoni hal-hal yang gue sebut, gue bukan gak setuju. Silahkan. Tapi, stoplah kita membeda-bedakan kelompok ini dan itu hanya karena hal-hal fiqh. Disini gue juga mau ngingetin lagi, apa sih sebenernya sunnah Rasulullah itu?

Kalau kita sering denger dari semasa SD kalau lu SD nya di MI, pasti sering banget denger sunnah itu kalau dikerjakan dapat pahala kalau ditinggalkan tidak berdosa. Nah, itu sunnah fiqh. Lu sholat dhuha dapet pahala, gak juga gakpapa. Lebih baik dikerjakan, dong? Namanya nimba pahala. Cuma diluar itu, sunnah fiqh yang artinya sebatas itu beda dengan sunnah Rasulullah, artinya lebih dalam lagi.

Rasulullah bilang gini “Kutinggalkan untuk kalian dua perkara, tidak akan kamu tersesat untuk selamanya selama kamu berpegang pada keduanya; yaitu kitabullah dan Sunnah rasul-Nya
Maka wajib hukumnya mengikuti isi Al-quran dan Sunnah Rasul. Kalau cuma gara-gara gak berjenggot dibilang gak ngikutin sunnah Rasul, hm, bapak gue sesat? Gak kan. 

Pengertiannya gini, secara bahasa sanna-yasunnu-sunnatun, artinya jalan, ketetapan, metode dan juga sejarah, Sunnah dibagi lagi jadi dua ada sunnatullah ada sunnaturasul

Sunnatullah -- lu bisa buka surat 33;63, 48;23; 35;43 -- hukum ketentuan Allah yang besifat takwini; tidak memerlukan keterlibatan manusia dalam prosenya, contohnya kaya siklus siang dan malam, hujan dan panas, atau misal lu cantik dari lahir itu udah ketentuan Allah.
Sedangkan,
........
Sebelum kita masuk ke sunnah Rasul. Inget ya, bukan sepanjang Muhammad lahir ke bumi, tapi apa-apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad setelah diangkat menjadi Rasul. Kan namanya juga Sunnah Rasul, bukan sunnah Muhammad bin Abdullah tapi Muhammad sebagai Rasulullah.
Oke?
........
secara terminologi Thariqatur Rasuul fii Iqmatud Din wa Idzharu Daulah
Yang artinya jalan, metode, petunjuk Rasulullah (baik berupa ilmu, ucapan, keyakinan, maupun amalan) dalam upaya mewujudkan misi menegakkan Din Islam dan mewujudkan Daulah.
Yang dimana  ada takdir Tasyri’i, bahwa memerlukan keterlibatan manusia dalam penegakkan prosesnya.
Jadi, makan tiga jari ada urusannya gak sama menegakkan Islam dan mewujudkan Daulah? Kalau ada, ya monggo lakoni, kalau gak ada cuma gegayaan makan tiga jari terus bilang itu sunnah rasul sunnah raasul, ya salah.
.........
Terus gimana dong biar kita bisa melaksanakan Sunnah Rasulullah?
Tegakkan Islam.
Kajian. Ngaji. Dakwah. Perluas Islam. Manusia itu khalifatul fil ard, khalifah di dunia, ai dunia sebatas Bandung hungkul? Kan henteu. Maka tegakkan Islam dimana aja kalian berada, rek di Zimbabwe sakalian ge, sok dakwah, belum bisa dakwah sok kajian, belum bisa kajian wae, hm mening musnah. He. Gak, becanda. Kasih tau ke orang-orang bahwa ini adalah jalan yang benar, tapi tidak memaksa ya geng, kade. Islam itu pembebasan bukan penjajahan, membebaskan orang-orang dari kejahiliyahannya.
Terus....
Lu hidup, kerja atau kuliah ada hubungannya gak sama Islam? Kalau ada dan dalam upaya menegakkan Islam, lu itu – sedang berada dalam koridor Sunnah Rasulullah. Kalau hiduplu gak ada tujuannya sama Islam, boro-boro koridor Sunnah Rasul. Lu, siapa? 
.........
Jadi, geng. Untuk masalah fiqh, biarin aja setiap individu yang menentukan dia mau kayak gimana. Bebas. Asalkan, masih dalam koridor Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Asalkan dalam pengerjaannya ada hubungannya sama penegakkan Islam. Kalau kuliah cuma buat dapetin kerja biar duit banyak, tapi gak pernah diinfaqin, sedekahin, zakatin, apa gunanya? Jangan gara-gara beda penampilan, terus malah saling mengolok-olok. Gitu. 

Pun, tambahan, karena gue gereget, buat para wanita yang melihat wanita lainnya bergamis syar’i atau berniqab then you see them as if mereka adalah yang paling tersholeha, salah, selama kalian melakoni hal yang sama dalam upaya penegakkan islam, kalian sama. Kalian muslim, kalian sedang berjihad. Jangan minder, jangan beralasan gak bisa kajian gara-gara belum bisa bergamis atau ber-rok.

Sekali lagi......tauhid yang harus kita perdalam, boleh membahas fiqh, boleh untuk menentukan fiqh mana yang mau kalian lakoni, asal, kalau liat sesuatu beda dari yang lain, stop arguing that it's Sunnah Rasul, dan plislah jangan seenaknya ngomong sesat. 

Semangat mengaji. 

Love u. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar